Surabaya berkembang pesat menjadi sebuah kota besar, walau belum bisa disebut sebagai kota metropolitan seperti kota Jakarta tapi jika melihat perkembangannya maka hal tersenut akan bisa terwujud, mungkin satu atau dua dekade ke depan.
Seperti juga yang terjadi di ibukota negara, Surabaya juga menjadi kota tujuan urbanisasi. Semua orang tertarik untuk datang dan mengadu nasib peruntungan di kota ini. Kota besar memang terlihat sangat menjanjikan dalam mendapatkan pekerjaan. Karena kota besar pastilah kota pekerja, kota yang selalu sibuk dengan aktifitas sepanjang waktu, dari pagi sampai malam lalu kembali lagi ke pagi ada saja kehidupan berjalan di kota walaupun pada malam hari tidak sesibuk seperti saat siang hari.
Sekilas Sejarah Kota Surabaya
Sebuah nama sebuah cerita, begitulah bunyi sebuah lirik lagu. Nama selalu memiliki sebuah arti dan juga ada kisah mengikuti nama tersebut. Terlebih nama sebuah tempat seperti Surabaya tentu juga ada cerita dibalik nama tersebut.
Sebenarnya bukan hanya sebuah cerita, karena banyak versi berkembang tentang asal usul nama surabaya dan sebagian dikaitkan dengan bukti sejarah, sementara beberapa kisah lainnya dikaitkan deng kisah yang mitos.
Bukti sejarah sendiri menunjukkan bahwa Surabaya sudah ada jauh sebelum zaman kolonial Belanda yang datang dan mengusai Indonesia, seperti yang tercantum dalam prasasti Trowulan I yang memiliki angka 1358 M. Dalam prasasti itu terungkap bahwa Surabaya (Churabhaya) dulu berupa sebuah desa yang berada di tepian sungai Brantas sebagai salah satu tempat penyeberangan penting sepanjang sungai Brantas.
Kata Surabaya juga ada tercantum dalam dokumen pujasasra Negara Kertagama yang ditulis oleh Mpu Prapanca yang isinya tentang perjalanan pesiar yang dilakukan oleh Baginda Raja Hayam Wuruk pada tahun 1365 dalam pupuh XVII (terdapat dalam bait ke-5 baris terakhir).
Bukti sejarah sendiri menunjukkan bahwa Surabaya sudah ada jauh sebelum zaman kolonial Belanda yang datang dan mengusai Indonesia, seperti yang tercantum dalam prasasti Trowulan I yang memiliki angka 1358 M. Dalam prasasti itu terungkap bahwa Surabaya (Churabhaya) dulu berupa sebuah desa yang berada di tepian sungai Brantas sebagai salah satu tempat penyeberangan penting sepanjang sungai Brantas.
Kata Surabaya juga ada tercantum dalam dokumen pujasasra Negara Kertagama yang ditulis oleh Mpu Prapanca yang isinya tentang perjalanan pesiar yang dilakukan oleh Baginda Raja Hayam Wuruk pada tahun 1365 dalam pupuh XVII (terdapat dalam bait ke-5 baris terakhir).
Menurut hipotesis
Von Faber, Surabaya didirikan tahun 1275 M oleh Raja Kertanegara, angka 1275 berati berada cukup jauh dari angka yang ada dalam prasasti Trowulan maupun dalam Negara Kertagama. Surabaya oleh Raja Kertanegara dijadikan
sebagai tempat pemukiman baru bagi prajuritnya yang berhasil menumpas
pemberontakan Kemuruhan tahun 1270 M.
Versi yang lainnya mengatakan bahwa Surabaya berasal dari cerita tentang perkelahian
hidup dan mati Adipati Jayengrono dan Sawunggaling. Versi ini biasa berkembang di masyarakat seperti sebuah mitos yang berlatar sejarah. Konon setelah
mengalahkan tentara Tar Tar, Raden Wijaya mendirikan sebuah kraton di
Ujung Galuh lalu menempatkan Adipati Jayengrono untuk memimpin daerah baru tersebut
itu. Lama-lama karena menguasai ilmu buaya (mitosnya muncul disini), Jayengrono menjadi semakin kuat dan
mandiri sehingga keberadaan wilayahnya kemudian dirasakan menjadi ancaman bagi kedaulatan Majapahit. Untuk menaklukkan
Jayengrono diutuslah Sawunggaling yang menguasai ilmu Sura (mitos lagi disini).
Mitos selanjutnya tentang nama Surabaya adalah tentang kisah pertempuran antara ikan Suro (Sura) dan Boyo (Baya atau Buaya), mitos inilah yang menimbulkan dugaan bahwa nama Surabaya muncul setelah terjadinya peperangan antara ikan Sura dan Buaya (Baya).
Dari sekian banyak kisah, baik yang berdasarkan pada catatan sejarah, atau yang berupa kisah rakyat dan mitos, kesemuanya menjadikan kesimpang siuran tentang kapan tepatnya Surabaya itu berdiri, dan apa cikal bakal dan kapan masanya yang menjadi patokan berdirinya sebuah tempat bernama Surabaya.
Akhirnya, Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II Surabaya yang waktu itu dijabat oleh Bapak Soeparno, mengeluarkan sebuah surak keputusan yang dikenal dengan nama Surat Keputusan No. 64/WK/75 isinya tentang penetapan hari jadi kota Surabaya. Surat Keputusan tersebut telah menetapkan bahwa tanggal 31 Mei 1293 sebagai tanggal hari jadi kota Surabaya. Tanggal tersebut ditetapkan atas kesepakatan bersama oleh sekelompok sejarawan yang dibentuk oleh pemerintah kota. Keputusannya bahwa nama Surabaya berasal dari kata "sura ing bhaya" yang berarti "keberanian menghadapi bahaya" diambil dari babak dikalahkannya pasukan bangsa Mongol oleh pasukan Jawa yang dipimpin oleh Raden Wijaya pada tanggal 31 Mei 1293
Mitos selanjutnya tentang nama Surabaya adalah tentang kisah pertempuran antara ikan Suro (Sura) dan Boyo (Baya atau Buaya), mitos inilah yang menimbulkan dugaan bahwa nama Surabaya muncul setelah terjadinya peperangan antara ikan Sura dan Buaya (Baya).
Hari Jadi Kota Surabaya
Dari sekian banyak kisah, baik yang berdasarkan pada catatan sejarah, atau yang berupa kisah rakyat dan mitos, kesemuanya menjadikan kesimpang siuran tentang kapan tepatnya Surabaya itu berdiri, dan apa cikal bakal dan kapan masanya yang menjadi patokan berdirinya sebuah tempat bernama Surabaya.
Akhirnya, Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II Surabaya yang waktu itu dijabat oleh Bapak Soeparno, mengeluarkan sebuah surak keputusan yang dikenal dengan nama Surat Keputusan No. 64/WK/75 isinya tentang penetapan hari jadi kota Surabaya. Surat Keputusan tersebut telah menetapkan bahwa tanggal 31 Mei 1293 sebagai tanggal hari jadi kota Surabaya. Tanggal tersebut ditetapkan atas kesepakatan bersama oleh sekelompok sejarawan yang dibentuk oleh pemerintah kota. Keputusannya bahwa nama Surabaya berasal dari kata "sura ing bhaya" yang berarti "keberanian menghadapi bahaya" diambil dari babak dikalahkannya pasukan bangsa Mongol oleh pasukan Jawa yang dipimpin oleh Raden Wijaya pada tanggal 31 Mei 1293
Masyarakat Kota Surabaya
Sebagai sebuah kota dengan statusnya sebagai pusat pemerintahan menjadikan kota surabaya sangat diminati oleh banyak kalangan baik pemilik usaha atau juga para pekerja, Surabaya menjadi kota tujuan urbanisasi, eksodus menuju kota Surabaya sudah terjadi dari beberapa dekade yang lalu.
Surabaya pun menjadi sebuah kota yang sesak, kepadatan penduduknya semakin meningkat dan ruang-ruang kosong mulai menghilang dan sebagian menyempit karena peruntukan berbagai bangunan baru. Banyak pabrik berdiri, lalu bermunculannya perumahan baru, dibangunnya pusat pusat perbelanjaan, dan juga masih banyak lagi aktifitas yang semakin membuat Surabya menjadi kota yang penuh sesak.
Pendatang utama kota Surabaya di dominasi oleh mereka yang berada disekitar kota surabaya dan juga dari kota-kota lainnya di Jawa Timur. Sedangkan secara khusus warga Surabaya terdiri dari etnis Jawa sebanyak 83%, persentasenya sangat besar, dan sebagian kecil kemudian adalah warga Madura sekitar 7,5% dan warga keturunan Tionghoa 7,25%, dan juga suku-suku lain dari Indonesia.
Surabaya juga dikenal sebagai kota Industri, banyak industri besar yang mengembangkan sayap di kota ini. Beberapa perusahaan besar yang didirikan atau mendirikan cabang dan kantor di Surabaya antara lain
PT Sampoerna Tbk
Maspion
Wing's Group
Unilever
Pakuwon Group
Jawa Pos Group
PT PAL
Selain itu Surabaya juga mempunyai kawasan industri diantaranya adalah Surabaya Industrial Estate Rungkut (SIER), Karangpilang dan Margomulyo.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar